Sabtu, 18 April 2009

Profil Ketua Umum PKPB

PAK HARTO SUKA KESALEHANNYA
R. Hartono, lahir di Pamekasan, Madura, pada tanggal 10 Juni tahun 1941 adalah seorang purnawirawan jenderal bintang empat yang bersama-sama Ibu Tutut membentuk partai politik bernama Partai Karya Peduli Bangsa disingkat PKPB yang dideklarasikan pada Hari Minggu tanggal 3 Nopember 2002 di Hotel Hilton Jakarta. Di samping dihadiri Jajaran Pengurtus DPP dan DPD PKPB tersebut, Deklarasi PKPB tersebut juga dihadiri mantan Menteri Dalam Negeri Rudini dan pengusaha nasional Probosutedjo.
Dalam pidato politiknya R. Hartono menyampaikan bahwa PKPB merupakan pengembangan dari organisasi kemasyarakatan (ormas) Karya Peduli Bangsa yang didirikan tahun 2002. Diharapkan dengan pengembangan dari ormas ke dalam sebuah wadah menjadi partai politik(parpol), melalui jalur politik peran dan kiprah PKPB akan lebih luas dan nyata. Sebagai partai yang lahir di era reformasi, PKPB dapat menjadi partai alternatif yang mampu memperjuangkan tuntutan reformasi menuju kehidupan masa depan yang adil, demokratis dan sejahtera. Di satu sisi menurut R. Hartono, sejarah pendirian organsiasi kemasyaratan Karya Peduli Bangsa (KPB) sebagai langkah dalam menyikapi perubahan politik yang dinilai telah mulai luntur dari tujuan reformasi yang dimotori mahasiswa tahun 1998. Oleh karena itu dalam mengawal reformasi PKPB agar senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat, terutama kalangan marginal. "PKPB harus memantapkan komitmen untuk senantiasa menyerap, merumuskan, menyalurkan dan memperjuangan aspirasi, tuntutan serta harapan rakyat banyak sehingga menjadi kebijakan pemerintah yang berpihak pada rakyat."Dalam menghadapi suatu era perubahan itu sendiri, terutama terkait dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, PKPB senantiasa berprinsip memelihara nilai lama yang baik dan mengambil nilai baru yang lebih baik. Sebagai Ketua Umum PKPB, R. Hartono juga menghimbau sekaligus mengingatkan agar bangsa Indonesia menghindari prilaku menghujat dan mencaci terhadap masa lalu. R. Hartono menilai kekeliruan pada masa lalu harus menjadi pelajaran yang paling berharga sehingga tidak terulang kembali di masa depan. "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MAMPU MENGHARGAI JASA PARA PAHLAWANNYA", tegasnya.
Jauh sebelum diberlakukannya sistem suara terbanyak pada Pemilu 2009, R. Hartono telah menyampaikan secara tegas pada saat Deklarasi PKPB Tahun 2002, perlunya rakyat mengetahui secara langsung calon-calon legislatif yang akan dipilih sebagai wakilnya di DPR RI, DPRD mapun DPD. Menurutnya bahwa sistem ini demi terjamin dan terpeliharanya komitmen para wakil rakyat dalam memperjuangkan aspirasi pemilihnya.
Karier di Militer
R. Hartono adalah lulusan AMN Angkatan Tahun 1962 dimulai pangkat Letda dengan pangkat terakhir Jenderal Bintang Empat Tahun 1995. Berbagai jabatan di lingkungan militer yang pernah diraihnya dimulai sebagai Wadan Kiser II (1966) dan puncaknya karir di militer adalah sebagai KSAD (1995 - 1997) menggantikan Wismoyo Arismunandar alumnus AMN Angkatan Tahun 1963. Sebelum ditunjuk dan dipercaya Presiden Soeharto (1995) guna memegang/menjabat KSAD, posisi R. Hartono adalah Kepala Staf Sosial dan Politik ABRI yang dipegangnya selama 2 tahun (1994 - 1995). Sehari sebelum pengangkatannya sebagai KSAD (berdasarkan Keputusan Presiden No.07/ABRI/1995), pangkat R. Hartono dinaikan dari Jenderal Bintang Tiga (Letjen) menjadi Jenderal Bintang Empat (Jenderal) (berdasarkan Keputusan Presiden No.06/ABRI/1995).
Pati yang sempat selama lima bulan menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) ABRI dan enam bulan sebagai Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) ini adalah putra Madura yang senantiasa menjunjung dan menghormati budaya serta tradisi leluhurnya. Di Hari Raya Idul Adha atau Lebaran Qurban -- yang disebut orang Madura Telasan Haji -- banyak warga Madura perantauan pulang kampung atau toron (artinya turun). Tradisi toron ditaati setiap tahunnya, termasuk R. Hartono, sejak masih berpangkat Letnan Dua hingga Jenderal Bintang Empat, saat menjabat KSAD maupun Menteri di era Presiden Soeharto bahkan sampai ini. Biasanya pada kesempatan ini warga Madura akan berkumpul dengan sanak-saudara. Yang muda meminta maaf kepada yang lebih tua dan berziarah bersama ke makam para leluhur. (bersambung)

1 komentar:

shn mengatakan...

Baik sekali